Senayan Jakarta I
Dutabangsanews.com-BERGULIRNYA era
Reformasi tahun 1998 membawa dampak
positif bagi Lembaga Kepolisian, bagaimana tidak. Pemerintah Presiden KH.
Abdurrahman Wahid saat itu menjabat Presiden RI mempunyai political will memisahkan TNI/Polri. Di mana tugas TNI menjaga kedaulatan bangsa
dan negara, menjaga NKRI dari rongrongan atau ancaman baik dari dalam maupun
luar negeri. Sedang tugas Kepolisian adalah menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat, juga menegakkan hukum bersama Lembaga Kejaksaan, Lembaga Kehakiman,
KPK, MK dan KY.
Kita tahu
bagaimana polisi harus berjibaku memberantas Narkoba melalui BNN, tentu polisi
harus berhadapan dengan Bandar Narkoba Internasional, bahkan tidak sedikit Narkoba
dikendalikan dari Lapas, tentu hal itu menjadi sebuah tantangan polisi dalam
hal memberantas Narkoba, demikian juga dengan Densus 88 yang terus mendeteksi
dini para pelaku teror di tanah air, dengan demikian pertaruhan nyawa para
polisi dalam menjalankan tugas mereka.
“Saya kira
keberadaan kepolisian dalam hal menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat,
dengan demikian yang selama ini dibangun antara polisi dan masyarakat
bersinergi menjaga keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat itu
sendiri,”demikian kata Anggota Komisi III DPR RI HM. Nasir Djamil, M. Si kepada
Media Online www.dutabangsanews,.com
bertempat di ruangannya Gedung Nusantara I Gedung DPR-RI Jalan Jenderal Gatot
Subroto Senayan Jakarta.
Kepolisian
sebagai lembaga menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat tentu hal ini
membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, menurut Nasir Djamil hal ini adalah
sebuah konsekwensi adanya polsek, polres, polda dan Mabes Polri serta
lembaga-lembaga lain di tubuh Polri. Bahkan masih menurut Nasir Djamil berasal
dari Fraksi PKS DPR RI, apa yang diterima Polri dalam hal anggaran menjaga
ketertiban dan keamanan masyarakat hal tersebut belum ideal, artinya menurut
Nasir anggaran Polri bukan tidak mungkin butuh penambahan.
“Menurut saya
Anggaran Polri hari ini kurang ideal kalau kita melihat tugas polisi dan
tanggungjawab yang mereka emban, tentu jalan yang harus ditempuh adalah
penambahan Anggaran Polri,”ucap Nasir Djamil.
Bahkan saat
ini Kapolri Jenderal Tito Karnavian membangun sebuah jargon tentang polisi
yaitu polisi profesional, modern dan terpercaya. Karena selama ini polisi
dipandang tidak begitu mendapat tempat di hati masyarakat, untuk mengembalikan
citra polisi untuk tetap mendapat tempat dihati masyarakat, karena kalau polisi
saja diharapkan melaksanakan tugasnya tanpa dukungan masyarakat tentu polisi
akan kesulitan dalam menjalankan tugas tersebut.
“Tetapi
stigma yang selama ini melekat pada polisi hingga kini masih melekat di tengah
masyarakat yaitu, ketika hilang kambing lapor ke polisi yang ada bisa hilang
sapi, bagaimana polisi berusaha memupus stigma kurang sedap tersebut,”tanya
wartawan media online ini.
“Kalau
menurut saya keadaan itu tidak bisa lagi dimunculkan, tetapi saya melihat
stigma itu diganti dengan kerja-kerja profesional polisi di tengah masyarakat
dan stigma tersebut sudah rada-rada menurun karena kerja keras polisi dalam
membongkar berbagai kejahatan-kejahatan. Di mana kejahatan ini adalah berkat
bantuan dari masyarakat yang memberi laporan pada polisi, dengan demkian antara
masyarakat dan polisi harus tetap terbangun sinerji saling memberi dan menerima
dalam konteks menjaga ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat dimanapun
masyarakat tersebut berada,”tutur Nasir Djamil Anggota Komisi III DPR RI. Mansur Soupyan Sitompul.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !