Headlines News :
::::::>>> www.DutaBangsaNews.com Membangun Kinerja Anak Bangsa <<<::::::
Home » , » Ustad Abdul Somad, Sang Phenomenon dari Tanah Melayu

Ustad Abdul Somad, Sang Phenomenon dari Tanah Melayu

Written By mansyur soupyan sitompul on Sabtu, 30 Desember 2017 | 10.34

Jakarta, Dutabangsanews.com - Sempat ditolak dan dipersekusi di Bali, disambut meriah di Serambi Mekah. Begitulah yang dialami Abdul Somad, Lc, MA. Penceramah berdarah Melayu Deli dan Melayu Pelalawan ini tampil di Banda Aceh bersama Habib Novel Alaydrus dalam rangka mengenang 13 tahun bencana Tsunami Aceh, 26 Desember lalu.

Tak cuma diberi tumpangan Toyota Alphard seri terbaru dengan nomor inisial sang ustad, BL 1 UAS (Ustad Abdul Somad). Oleh panitia keduanya juga dipeusijuek (ditepungtawari) dan dikenakan pakaian adat Aceh. Sehingga, keduanya persis seperti sepasang linto baro (pengantin pria).


"Tidak pernah terlintas di pikiran saya, akan mengenakan pakaian kebesaran ini. Selain kebesaran (besar) juga keberatan (berat)," canda Somad di hadapan ribuan jamaah yang memadati Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh.


Humor dan candaan selalu diselipkan ustad kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977 itu. Tak heran bila para jamaahnya tahan hingga lebih dari satu jam menyimak tausyiahnya. Kepiawaiannya menyelipkan candaan itulah justru yang sempat dikritik cendekiawan muslim Zuhairi Misrawi.


Pada 21 November lalu di laman facebooknya dia menulis, "Somad itu adik kelas saya di al-Azhar. Ilmunya biasa-biasa saja. Tidak istimewa. Kelebihannya cuman bisa melucu. Kalau soal keilmuan, masih banyak yang lebih pinter, arif, dan tidak ngelunjak."

Sepertinya penilaian Zuhairi itu kurang akurat dan cenderung emosional. Dari berbagai rekaman ceramah Somad di youtube yang sempat dutabangsanews simak, Somad terlihat sangat hafal soal hadis dan berbagai kitab klasik dan kitab kuning yang biasa menjadi rujukan para kiai Nahdlatul Ulama (NU). Satu hal yang mungkin tak diketahui Zuhairi selaku seniornya, selepas dari al-Azhar Somad melanjutkan studinya ke Maroko untuk mendalami ilmu hadist.



"Dari kontrak 24 bulan, Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan master saya di Maroko dalam setahun sepuluh bulan," aku Somad dalam salah satu ceramahnya.

Dua kanal utama ceramahnya di Youtube, yakni Tafaqquh Online dan Fodamara, setiap video Abdul Somad ditonton ratusan ribu bahkan ada yang 3-7 juta kali.

Di fanspage facebook maupun instagram, dua akun personal media sosial yang aktif digunakannya, hingga Jumat kemarin masing-masing punya pengikut 717.170 dan 1,1 juta orang.



Apa yang membuat ceramahnya, dalam arsip digital maupun streaming, kerap diburu banyak warganet Indonesia kontemporer? Adakah rahasia dakwah yang dilakukannya sejak 2008 itu? 

Kepiawaian Somad mengemas materi ceramah dengan berbagai rujukan yang disampaikannya dengan fasih dan diselingi humor tersebut, bagi DR Moeflich Hasbullah, mengingatkanya kepada 'Da'i Sejuta Umat' almarhum KH Zainuddin MZ. Hal ini juga terkait dengan penampilan Somad yang sederhana seperti Zainuddin. Dia cuma mengenakan kemeja Koko dan kopiah, bukan berpenampilan ala wali atau mengenakan jubah ala para habaib. 



"Ceramah-ceramah ustadz Somad kalau saya menyimak di youtube cukup padat ilmu dan humor-humornya segar. Ia tegas tapi fleksibel, militan tapi juga kultural. Tak berlebihan kalau saya menyebutnya sang Phenomenon," kata Moeflich kepada dutabangsanews, Jumat (29/12/2017). 

Bila KH Zainuddin MZ hafal membacakan teks Arab dakwahnya, ia melanjutkan, Somad biasa menyebutkan nama kitab, pengarang, teks kalimat dan konteks kitab yang dikutipnya itu. Dan dalam penyebutan itu, Somad hampir tidak pernah ada jeda berpikir dulu. Daya ingatnya luar biasa, informasi sumber kitab langsung mengalir dari ingatannya.

Sementara Muhammad Sufyan Abdurrahman bersaksi bahwa gaya ceramah Somad berjalan natural. Tak dibuat-dibuat, tak pula menyamakan dengan seseorang, atau merujuk sejumlah video ustadz lainnya yang banyak tayang di televisi atau youtube seperti Buya Yahya, Ustadz Idrus Romli, dan Ustadz Adi Hidayat. 

"Somad mengakui Gaya orasi ini ada wasilah tetesan gen dari kakeknya, Datuk Zakaria. Di kampung mesjid, hingga akhir hayatnya, sang kakek konsisten menjadi khatib Jum'at di sela tugas keseharian sebagai petugas pencatat pernikahan," tulis dosen Digital Public Relations Telkom University, Bandung kepada dutabangsanews beberapa waktu lalu. 

Secara khusus, Moeflich yang mengajar Sejarah Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung menyoroti Somad dalam hubungannya dengan NU. Menurutnya, Somad adalah orang NU yang pikirannya tidak mewakili NU tapi mewakili independensi keilmuan dirinya dan umat Islam.

Salah satu indikasinya, kata dia, Somad membenarkan khilafah dengan dasar kutipan kitabnya yang kuat dan juga simpatik pada Erdogan (Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan), bahkan mengidolakannya. "Padahal rata-rata orang NU tidak suka kepada Erdogan," ujarnya. 

Bila dikelompokkan dengan ulama NU lainnya, mungkin Somad sejalur dengan KH. Hasyim Muzadi yang ketegasannya sama. "Suara keduanya mewakili umat Islam bukan hanya mewakili NU, tapi di NU tetap diterima. Hasyim di jajaran ulama senior, Abdul Somad yunior," paparnya. Red
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Published by : DutaBangsaNews.Com
Copyright © 2006. - All Rights Reserved
Media Online :
www.dutabangsanews.com