Kota Depok-MASA kecilnya
yang indah dan bahagia bersama kedua orang tua dan saudara kandungnya di
kampung halaman, di Purwokerto Jawa Tengah, ternyata sangat terkesan dan
membekas hingga kini dalam benaknya. Masa kecil 50 tahun silam tidak hanya
terkesan dan membekas, tetapi. Membuat karakter dan kepribadiannya matang
serta tegar, tidak berlebihan kalau
dikatakan bak sebuah pohon di mana akarnya menghujam ke perut bumi. Siapakah
tokoh tersebut.? Beliau adalah Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat
Drs. H. Khatibul Umam Wiranu, M. Hum. Bagaimana H. Khatibul
Umam Wiranu menjalani masa kecilnya.?
Kepada Wartawan Tabloid DUTA BANGSA dan Media Online www.dutabangsanews.com
diceritakannya.
“Saya lahir dari keluarga
sederhana di sebuah Kecamatan Cilong Banyumas, bapak saya seorang Pejuang
Hisbullah, Pejuang Kemerdekaan RI dan Ibu saya seorang guru ngaji dan pedagang.
Seiring perjalanan waktu, ketika itu ada Maklumat Wakil Presiden RI Mohammad
Hatta, bagi para mantan pejuang ikut angkat senjata di Hisbullah maupun di
laskar-laskar pejuang lain, yang memenuhi syarat dan tamat SR, bisa diterima
sebagai Anggota ABRI, itu awalnya bapak berkarier sebagai ABRI,”demikian kata
Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Drs. H. Khatibul Umam Wiranu, M. Hum Suami Tercinta Mar’atus
Sa’adah Kepada Wartawan Tabloid DUTA BANGSA dan Media Online
www.dutabangsanews.com, bertempat di kediamannya di Kota Depok Provinsi Jawa
Barat.
Khatibul Umam Wiranu anak ke
sebelas dari duabelas bersaudara, saat bapaknya dinas, ibunya tentu agak repot
mengurus anak-anak tercintanya, jalan yang ditempuh orang tuanya adalah
menitipkan sebagian anak-anak termasuk Umam ke saudara mereka Pakde Sanrohim
dan Bude Karsih jarak satu rumah dengan rumah mereka. Suatu kali keluarga
pakdenya pindah ke desa lain, dengan demikian. Umam ikut pakdenya, di mana
kelak pakde dan bude orang tua asuhnya. Tentu ada dua orang tua berjasa pada
diri Umam yaitu kedua orang tua kandung dan kedua orang tua asuh pakde dan
budenya.
“Sejak saya TK dan SD ikut
sama pakde dan bude di kampung, aktivtas sore menjelang magrib hingga Isya
mengaji bersama teman-teman, teman-teman SD hingga kini kami sering bertemu dan
bersilaturahim, seperti anak kampung lainnya saat kecil kami main di sungai, di
sawah, kalau kita bandingkan dengan anak-anak sekarang perubahannya jauh, saat
ini nyaris tidak ada anak-anak mengaji habis magrib, kalaupun ada guru ngajinya
yang datang ke rumah,”ujar H. Khatibul
Umam Wiranu ayah 4 orang anak lahir di Purwokerto Jawa Tengah 10
Februari 1966.
Umam sangat mengenang masa
kecilnyaketika para siswa rumahnya berdekatan maka dibentuk kelompok belajar
sebanyak 7 orang dan bergantian belajarnya di rumah ketujuh orang siswa itu.
Suatu kali SD mereka ambruk saat jam istrahat, yang ambruk hanya tiga kelas,
tidak ada korban jiwa. Jalan yang ditempuh pihak sekolah agar siswa tetap
belajar adalah, tiga rumah warga dijadikan kelas. Artinya apa. Bahwa antara
pihak sekolah, orang tua murid dan masyarakat bahu-membahu, bersatu menampung
para murid. Tidak hanya itu, saat sekolah mulai dibangun pemerintah banyak
bapak-bapak dan anak-anak muda ikut membantu, sehingga kualitas bangunan
sekolah lebih baik.
“Saat ini saya melihat nyaris
tidak ada rasa peduli, bahu membahu, gotong royong kalau ada sekolah ambruk,
masyarakat mengatakan itu mah urusan negara,
padahal tidak demikian. karena selama ini nyaris tidak ada interaksi antara
guru dengan masyarakat. Untuk itu masyarakat harus terlibat dalam
pendidikan,”tutur H. Khatibul Umam Wiranu Anggota Komisi VIII DPR RI Putera
Muhammad Amin dan Ibu Tercinta Samroh.
Bagaimana awalnya seorang H.
Khatibul Umam Wiranu mengenal organisasi, menurutnya, saat sekolah PGA Negeri
Purwokerto Umam sudah tertarik dan aktif di OSIS PGA dan organisasi ekstra
sekolah yaitu IPNU Ranting Raden Patah sampai sekarang masih ada di Purwokerto,
walau kapasitasnya di organisasi tersebut hanya sebagai anggota “penggembira”
semata, tapi. Paling tidak, pelan tapi pasti seorang Umam sudah mulai tertarik
dengan dunia organisasi.
Banyak SLTA pernah disinggahi
Umam dan sekolah di sana salah satunya SMA Cirebon, pindah ke SMA Aji Barang,
terakhir Madrasyah Aliyah Pondok Pesantren Al Hikmah Desa Benda Kecamatan
Sirampok Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Balik lagi Aliyah di Pondok Pesantren
Mbah Maimon dimulai dari kelas 1, 2 dan kelas 3, setelah lulus Umam memilih
Kota Gudeg Yogyakarta Kuliyah di IAIN Sunan Kalijaga Jususan Sastra Arab.
Saat Kuliyah di IAIN Sunan
Kalijaga tahun 2000 semester empat Umam pindah ke IKIP Rawamangun Jakarta, di
kampus barunya Umam lebih banyak mencurahkan bakatnya di dunia jurnalistik,
apalagi IKIP saat itu memilkii majalah bulanan khusus kalangan mahasiswa bahkan
Umam tampil sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Didaktita Kampus IKIP Rawamangun.
Teman-teman sekampus yang sama-sama kost ketika itu seperti Ulil, Amsar, Supardi,
Ahmad Baso, tanpa direncanakan mereka mendirikan Kelompok Study 164 Jakarta.
Pengalaman organisasi
Khatibul Umam Wiranu bisa dikatakan
lebih dari cukup, Umam pernah menjabat Ketua PB PMII tahun 1994-1997,
1997-2000, Pendiri KONTRAS tahun 1998, Anggota Badan Pekerja Forum Demokrasi
1998-2000, Ketua PP GP ANSOR tahun 2005-2010, Ketua Bidang Otonomi Daerah DPP
Insan Muda Demokrat Indonesia 2010-2015.
Dengan bekal organisasi yang
dimiliki H. Khatibul Umam WiranuAlumni
Pasca Sarjana Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Jurusan
Filsafat, pada pemilu tahun 1999 terpilih sebagai Anggota DPR RI dari F-PKB
tahun 2000-2004, karena ada beda pemikiran dengan PKB saat itu, Umam
mengundurkan diri dari PKB dan bergabung ke Partai Demokrat Besutan Susilo
Bambang Yudhoyono, Umam terpilih menjadi Anggota DPR RI tahun 2009-2014, dan terpilih kembali menjadi
Anggota DPR RI dari Partai Demokrat tahun 2014-2019 Daerah Pemilihan Jawa
Tengah VIII meliputi Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas. Mansur Soupyan Sitompul.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !