"Saya tekankan kembali dan saya tegaskan, tidak ada kegiatan radikalisasi di masjid. Masjid adalah tempat suci," kata Syafruddin di kantor DMI, Jalan Jenggala I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (3/7/2018).
Sosok yang juga Wakapolri ini tidak mau menanggapi soal adanya pihak-pihak yang menyebut adanya masjid yang terpapar radikalisme.
"DMI tidak mengurusi orang, (DMI hanya) mengurusi masjid, mengurusi tempat suci, mengurusi tempat beribadah. Saya sudah berkali-kali menyampaikan itu. Tidak mengurusi orang," tutupnya.
Sebelumnya, isu ini diungkit oleh cendekiawan muslim Azyumardi Azra saat menghadiri undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia menyebut data yang diungkap putri Gus Dur, Alissa Wahid, ada sejumlah masjid di Jakarta yang para penceramahnya menyebarkan radikalisme.
"Itu media sosial, termasuk juga dalam hal ini adalah penyebaran kebencian melalui ceramah-ceramah agama. Misalnya oleh Mbak Alissa Wahid, misalnya, sekitar 40 masjid yang dia survei di kawasan DKI itu penceramahnya atau khatibnya radikal, mengajarkan radikalisme dan intoleransi," ucap Azyumardi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/6) lalu.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno juga mengakui ada 40 masjid di DKI Jakarta yang jadi tempat penyebaran radikalisme. Sandiaga telah memerintahkan jajarannya membina 40 masjid tersebut.
"Empat puluh itu kami juga sudah punya datanya di teman-teman Biro Dikmental dan BAZIS DKI. Akan kita arahkan ke kegiatan kita lebih banyak ke sana," kata Sandiaga di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Selasa (5/6). Red
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !