Headlines News :
::::::>>> www.DutaBangsaNews.com Membangun Kinerja Anak Bangsa <<<::::::
Home » » New Normal Tetap Situasi Yang Tidak Normal

New Normal Tetap Situasi Yang Tidak Normal

Written By mansyur soupyan sitompul on Minggu, 31 Mei 2020 | 15.52

Kota Bogor-www.dutabangsanews.com I PEMBATASAN Sosial Berskala Besar atau PSBB yang dijalankan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota di negeri ini, hingga kini masih banyak yang menjalankan PSBB tersebut. Tetapi, Pemerintah Pusat, sudah melaunching program baru disebut dengan nama New Normal. Sementara itu, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota masih menjalankan PSBB belum banyak yang beranjak ke Program New Normal, hanya beberapa provinsi sudah siap. Tetapi, ironisnya. Angka jumlah penyandang positif Covid 19 di negeri ini terus bertambah. Apa tanggapan Tokoh Ummat Islam Dr. H. MS. Kaban, SE., M. Si kepada Wartawan Tabloid DUTA BANGSA dan Media Online www.dutabangsanews.com dipaparkannya. 

“Terlalu banyak istilah dikeluarkan Presiden Jokowi mengatasi masalah Covid 19 ini, nah. Istilah belum lama ini beliau menyebut berdamai dengan Corona, kata-kata berdamai tidak tuntas dan itu direspon negatif. Sekarang, ada lagi istilah New Normal, dengan terminalogi, dengan bahasa masih ngambang. Bahasa tidak tuntas terhadap suasana Covid 19 ini,” demikian kata Tokoh Ummat Islam Indonesia juga Ketua Koordinator Presedium Majelis Permusyawaratan Pribumi Indonesia Dr. H. MS. Kaban, SE., M.Si kepada Wartawan Tabloid DUTA BANGSA dan Media Online www.dutabangsanews.com bertempat di Kediamannya di Kota Bogor Jawa Barat.

Saya melihat begini ucap H. MS. Kaban, harusnya Presiden itu punya data-data ilmiah yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur atau dijadikan standar yang kuat, sehingga orang tidak ragu-ragu nah. Sebenarnya, dengan istilah New Normal. Itu, kalau seseorang yang mengerti tentang ilmu statistik sebenarnya yang disampaikan itu sebenarnya berbahaya. 

“Berbahaya di mana,”.? Tanya wartawan media ini.

“Ketika kita berhadapan dengan data-data Covid 19 di Indonesia, hingga kini angka positif Covid 19 belum terjadi tren penurunan, artinya Covid 19 ini masih berada di daerah tumbuh, jadi. Peluang tumbuh Covid 19 itu sangat tinggi, yang disebut dalam kondisi normal itu kita mendekati ke posisi awal ketika tidak ada masalah apa-apa,”ujar H. MS. Kaban mantan Menteri Kehutanan RI.

Jadi, situasi normal itu kata H. MS. Kaban adalah situasi di mana kita tidak ada masalah apa-apa. Saat ini kita mau dibawa ke situasi di mana pemerintah sendiri tidak punya data yang akurat ketika disampaikan. Tidak berlebihan kalau dikatakan kalau pemerintah dalam keadaan putus asa, tidak mampu mengatasi masalah, galau dalam situasi ekonomi, galau dengan angka pengangguran, galau dengan penerimaan pendapatan negara. Jadi, seolah-olah masyarakat disuruh aktif saja, silahkan aktif, yang penting prosedur protokol kesehatan dita’ati, dipenuhi dengan jaga jarak, pake masker.

“Hal itu tentu tidak mungkin, bahasa-bahasa putus asa, bahasa-bahasa menujukkan bahwa mau hidup-hidup, mau mati-mati, sangat naïf. Kalau sampai ke sana, jadi New Normal ini tetap situasi tidak normal, kita harus selamatkan nyawa, selamatkan rakyat, nyawa manusia harus benar-benar dihargai, jangan kita katakan orang yang mati HIV lebih banyak, loh. Bukan itu persoalannya, perkara mati, ngak pake virus, ngak pake Covid mati kok orang setiap hari, tapi. Ketika ada wabah bagaimana pemerintah melindungi rakyatnya,”ujar H. MS. Kaban mantan Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang. 

H. MS. Kaban menuturkan, bagaimana menyelamatkan rakyat, bagaimana membuat masyakat tetap sehat, kalau ada dampak terhadap ekonomi, hal ini di mana-mana terjadi, di situlah dituntut kecerdasan mengatasi masalah, bukan putus asa, bukan pasrah, bukan mau cuci tangan, tapi. Atasi. Untuk apa Perrpu Covid disahkan, untuk UU Minerba disahkan dalam kondisi Covid 19. Kalau ternyata itu tidak ada dampaknya untuk memperbaiki kehidupan ekonomi bangsa ini. 

“Perrpu Covid itu tujuannya dibuat untuk mengatasi Covid 19, setelah Perrpunya disahkan menjadi undang-undang, kok malah New Normal, pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi terlalu bikin istilah-istilah membuat rakyat makin antipasti, apa skeptis, cuek, ini yang harus menjadi pelajaran, kalau saya berpendapat bahwa bahasa New Normal itu adalah situasi tidak normal dan harus melindungi hajat Hidup orang banyak, hal ini tentu pertanggungjawaban terhadap sejarah. 
Mansur Soupyan Sitompul.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Published by : DutaBangsaNews.Com
Copyright © 2006. - All Rights Reserved
Media Online :
www.dutabangsanews.com