Headlines News :
::::::>>> www.DutaBangsaNews.com Membangun Kinerja Anak Bangsa <<<::::::
Home » , » Melangkahkan Kaki Dari Kota Gudeg Jogyakarta Hingga Menginjakkan Kaki DI Negeri Tirai Bambu RRC Berawal Dari Pahitnya Hidup Hingga Membuahkan Hasil Manis

Melangkahkan Kaki Dari Kota Gudeg Jogyakarta Hingga Menginjakkan Kaki DI Negeri Tirai Bambu RRC Berawal Dari Pahitnya Hidup Hingga Membuahkan Hasil Manis

Written By mansyur soupyan sitompul on Jumat, 21 Agustus 2020 | 20.16


Cilangkap Kota Depok-Media Online www.dutabangsanews.com I HIDUP miskin bukan sebuah pilihan. Tapi, realitas hidup yang harus dijalani bersama orang tua, saudara kandung. Tentu masih membekas dalam diri seseorang mengalaminya, hidup miskin dan sulit, ternyata menjalani hidup miskin mempunyai hal positif bagi seseorang. Orang tersebut akan lebih mengenal siapa dirinya, orang tersebut lebih mengetahui siapa orang tuanya. 

Dengan demikian. Kemiskinan dan hidup sulit bersama orang tua akan melahirkan kepribadian rendah hati, bersahaja, menghormati orang lain serta orang tersebut memiliki kepribadian, integritas yang matang mampu menghadapi cuaca bagaimanapun serta mampu bertahan hidup atau survive di kehidupan yang keras ini. 

Tetapi, tidak semua orang mampu menjalani hidup miskin dan sulit, hanya orang-orang tertentu yang mampu menjalani dan melakukannya.Tidak semua orang mampu menjalani hidup apa adanya, serba kekurangan, terbatas fasilitas.Tetapi. Orang-orang yang bisa menjalani hidup miskin dan sulit, tentu akan berproses dengan alam di kehidupannya tersebut. Bahkan, suatu saat akan membuahkan hasil manis dan indah, karena. Ditempa, dikader alam, dalam menjalani hidup keras, dengan demikian. Karakter orang tersebut lebih peka, lebih merasakan apa dirasakan orang lain di sekelilingnya. 

Adalah Sukamto, M. Pd., Cand Doktor, pria ramah dan mudah senyum ini bergelar Magister Pendidikan, kini sedang Sekolah Pasca Sarjana S-3 di Uninus Bandung. Kapasitasnya sebagai Kepala Sekolah SDN Cilangkap 1 Tapos Kota Depok. Ada yang menarik untuk ditulis dan diceritakan kepada Pembaca Budiman Media Online www.dutabangsanews.com. 


Hal menarik itu seperti apa? Mukadimah tulisan di atas juga dirasakan, dialami Sukamto, M. Pd. Kalau meminjam kalimat Wartawan Media Online ini mengatakan, kalau Anda ingin melihat matahari terbit, Anda harus merasakan gelapnya malam. Dan Sukamto, M. Pd merasakan semua itu, Sukamto menikmati semua itu. Tentu, apa yang diraih, apa yang diperoleh Sukamto hari ini adalah sesuai dengan “bayaran” yang dijalaninya sebagai sebuah proses. 

“Saya Sukamto lahir di Jogyakarta 18 April 1973, ayah saya bekerja sebagai tukang batu bangunan, ibu saya seorang ibu rumah tangga, dalam kesehariannya membuat tenunan stagen, saya anak ke empat dan delapan bersaudara, laki-laki lima orang, tiga perempuan, satu meninggal, saya adalah salah satu anak laki-laki yang menjadi guru, satu lagi kakak saya di SMP 12,”demikian kata Kepala Sekolah SDN Cilangkap 1 Sukamto, M. Pd kepada Wartawan Tabloid DUTA BANGSA dan Media Online www.dutabangsanews.com bertempat di SDN Cilangkap Tapos Kota Depok Jawa Barat. 


Apa yang diraih Sukamto hari ini, semua tidak lepas dari peran “Simbok” yaitu ibu. Sosok ibu bagi Sukamto sosok melahirkan, membesarkannya hingga kini beliau bisa meraih cita-cita yang diraih. Tidak itu saja sosok ibu bagi Sukamto tidak sekedar sebagai pelindung tapi, memberikan sebuah kehangatan pada saat Sukamto membutuhkannya. Sosok Ibu yang selalu menjaga dan membuatnya bisa berdiri tegak, mengatakan kalau hari ini Sukamto bisa seperti ini semua karena ibu. 

Sejak kecil hingga menjelang usia sekolah keluarga Sukamto, M. Pd adalah keluarga tidak mampu, miskin. Makanpun susah. Apalagi sifatnya hal-hal mewah tentu tidak pernah ada, saat di SD Sukamto, M. Pd pernah tidak naik kelas karena saat itu orang tua tidak mampu memberikan biaya sekolah. Di kelas 4 Sukamto, M. Pd baru bisa membaca buku pelajaran. Saat kelas 5 ikut lomba Olimpiade Matematika di Sleman Joyakarta dilomba tersebut beliau mendapat rangking 10 besar. 

“Saat kelas 6 SD saya mendapat juara ke 3 nilai Ebtanas dengan nilai tertinggi, karena juara ke 3 nilai Ebtanas akhirnya saya bisa memilih 3 sekolah SMP secara bersamaan, akhirnya saya memutuskan sekolah di luar Kabupaten Sleman, saat di SMP awalnya merasa tidak bisa, hingga kelas 3 Alhamdulillah saya meraih juara lagi dan bisa mendaftar ke SMA memilih sekolah yang dipilih. Saya mengambil SMAN di sekolahnya Pak Harto di Kemusuk Jogyakarta,”tutur Sukamto, M. Pd mengenang masa lalunya. 


Nah, di SMA Sukamto, M. Pd merasa prihatin karena orang tuanya tidak bisa menyekolahkannya, karena keterbatasan biaya. Jalan yang harus ditempuh Sukamto adalah meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke Bogor Jawa Barat tahun 1992, saat di Bogor untuk bertahan hidup Sukamto mulai bekerja sebagai penjual martabak di Pasar Anyar Bogor, juga pernah menjadi tukang benerin listrik, juga sebagai penggali sumur. Tetapi, tetap sekolah di SMA Bogor. 

Waktu terus berjalan dari hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun. Sampailah Sukamto menamatkan SMA-nya dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Sukamto, memilih IKIP sebagai kampus kelak akan menempanya sebagai seorang guru berprestasi. Maka saat penerimaan mahasiswa baru Sukamto ikut dan dengan IjinNya Sukamto lulus dan diterima sebagai salah seorang Mahasiswa IKIP Rawamangun Jakarta dengan jurusan PGSD. 

Saat kuliah selama tiga tahun di IKIP Rawamangun Jakarta, di semester dua hingga semester akhir, Sukamto meraih beasiswa penuh karena nilai IP menurut Sukamto cukup lumayan. Dengan bekal beasiswa tersebut Sukamto bercita-cita kelak ingin menjadi guru terbaik, guru berprestasi. Di benak Sukamto bahwa ia dilahirkan dari orang kampung tapi bukan kampungan. Tetapi, Sukamto ingin meneruskan cita-cita luhur ayahanda beliau. 


Saat lulus dari IKIP Rawamangun Jakarta ada sebuah niat Sukamto untuk terjun ke dunia yang ia cita-citakan yaitu guru. Sukamtopun melamar menjadi guru dan diterima dengan status sebagai guru honorer sebagai guru Bahasa Inggris di SDN Tugu 1 Cimanggis tetap sembari kuliah. Sejak itu terus berproses dan tahun 1996 Sukamto diwisuda, tahun 97 dan 98 masih honor. Tahun 1999 saat itu ada surat yang dilayangkan pihak kampus ditujukan ke rumah di Jogyakarta, tapi surat tersebut tidak diterima Sukamto. Tahun berikutnya pihak kampus kembali menyurati Sukamto ditujukan ke rumah kontrakannya dan diterima Sukamto. 

“Setelah surat diterima ternyata untuk tes CPNS dan yang diseleksi itu ada tiga perguruan tinggi, IKIP Jakarta, IKIP Muhammadiyah dan IKIP Bandung, 1500 orang yang dites, ada 450 orang yang dinyatakan lulus CPNS dan Alhamdulillah saya di antara 450 orang tersebut,”ungkap Sukamto. 

Alhamdulillah, ketika Sukamto menggapai imipiannya, menjadi PNS saat itu beliau sudah menikah dan rejeki anak sulungnya di mana saat itu Sukamto meraih gelar PNS. Inilah rejeki anak dan rejeki dirinya bersama istri tercinta. Apa yang kita kerjakan menjadi ikhtiar kita mengerjakan dengan benar-benar dan bekerja keras. Karena, kerja keras tidak akan membohongi hasil. 

Saat menjalani sekolahnya, kuliah dan meraih S-1 menyelesaikan S-2 Dengan Ijin Allah Sukamto melaksanakan Umrah Ke Tanah Suci. Tentu, sebuah perjalanan hidup yang awalnya pahit akan menikmati manisnya di kemudian hari. 

Selama ia menjadi guru Sukamto terpilih menjadi guru berprestasi tingkat kecamatan peringkat 1 dan masuk ke tingkat kota beliau juara 1 tahun 2007. Masuk ke jenjang provinsi dengan seleksi pengalamannya dengan menggunakan kartu dan lomba di tingkat provinsi adalah salah satu modalnya, realitasnya Sukamto tidak mencapai final tapi masuk katagori 9 besar tingkat Jawa Barat. 


Dengan prestasi itu sosok Sukamto banyak dilirik lembaga, salah satunya adalah, dipercaya pengawas sebagai mengedit buku di Badan Standarisasi Nasional (BNSP). Di sana salah satu tugas Sukamto adalah mengedit buku Kemendikbud, lalu Sukamto mendapat beasiswa untuk pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta selama 1 tahun, tapi, ada hal mengganjal. Pihak Kemendikbud mengijinkannya ke Surakarta, tapi pihak kepala sekolah tidak menginjinkannya. 

Dengan sikap tidak elok kepala sekolah tersebut membuat Sukamto putus asa, jalan harus ditempuh Sukamto pindah sekolah. Saat pindah ke sekolah lain, tekad Sukamto tetap membara harus menjadi guru berprestasi. Alhamdulillah, Kemendikbud menjadikan dirinya sebagai nara sumber kurikulum, hal itu yang mendorong Sukamto balajar dan terus belajar. Selanjutnya Sukamto dengan sabar dan terus belajar saat itu beliau diangkat sebagai guru lulus sertifikasi. Dan atasannya memintanya untuk ikut belajar dalam diklat sebagai calon kepala sekolah. 

“Saya langsung diangkat menjadi Kepala Sekolah Cilangkap 8 Tapos dari tahun 2013 hingga tahun 2019, dengan berjalan waktu dan terus berproses, Sukamto ikut dalam tahapan Kepala Sekolah SDN Berprestasi, saya juara kecamatan, juara kota dan saat di provinsi juara harapan 1 yaitu juara 4,”papar Sukamto. M. Pd. 


Sukamto juga pernah mengikuti lomba karya tulis ilmiah di Kota Depok di-ikuti OPD seperti kepala dinas dan Sukamto meraih juara ke 3, selanjutnya ikut lagi dalam rangka HUT Korpri juga karya ilmiah juara ke 2. Kini, Sukamto sedang kuliah S-3 di Uninus Bandung, untuk menambah wawasan dan akan berdampak ke sekolah di mana ia ada di sekolah itu dan tahun 2018-2019 dinobatkan sebagai Kepala Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Barat. 

Bulan Desember 2019 Sukamto dimutasi ke SDN Cilangkap 1 dari SDN Cilangkap 8, tentu sikap Sukamto bagaimana membawa sekolah yang ia pimpin sekarang juga memiliki prestasi, memiliki memiliki jenjang prestasi buat SDN Cilangkap 1 kelak. Termasuk prestasi para guru sekolah ini, tapi. karena ada pendemi menyelimuti negeri ini hingga kini para guru dan murid sekolah di seluruh negeri harus memakai sistem pembelajaran jarak jauh dengan memakai media telepon seluler berbasis online dengan aplikasi WA, video call dan zoom. 

“Bagaimana bisa menginjakkan kaki di Negeri Tirai Bambu RRC,’tanya wartawan media ini. 

“Saya tidak bermimpi saya bisa menjadi kepala sekolah berprestasi tingkat provinsi juara 4, ternyata selama ini terus dipantau pihak Kemendikbud dan oleh Kemendikbud dirunut, dicari prestasi saya itu apa saja, ternyata saya termasuk terpilih dari ribuan orang, saya adalah Wakil Jawa Barat dari LP2KS untuk tingkat SDN,”papar Sukamto. 


Yang berangkat ke RRC ada 11 orang kepala sekolah dari berbagai provinsi di Indonesia. Sukamto dari Jawa Barat, Kepala Sekolah SDN dari Papua, Kepala Sekolah SMP dari Jogyakarta, Kepala SMK dari Solo, dari Malang, Aceh, pengawas dan widya suara. Seleksi untuk berangkat ke RRC sangat berat, bayangin seleksi wawancara dalam Bahasa Inggris selama 7 hari. Tes kesehatan dan psikotes. 

Bagi saya ucap Sukamto bisa ke RRC semua ini karena doa orang tua, Terutama “Simbok” ibu saya pernah mengatakan, le, kamu bisa pergi ke mana saja, kamu bisa pergi ke luar negeri. Ucapan ibu itu jauh sebelum saya terpilih dan berangkat ke RRC. Alhamdulillah, pada bulan Februari 2018, saya dan rombongan berangkat ke China selama satu bulan. 

Di sana dari Kemendikbud, dari berbagai bidang, Sukamto ditempatkan di Kota Ziangsu di mana kota ini sebagai basis pertanian dan ramah lingkungan. Tentu bagi sosok Kepala Sekolah Cilangkap 1 Sukamto, M. Pd menginjakkan kaki di negeri orang seperti RRC adalah sebuah Karunia Allah SWT di mana perjalanan ke Negeri Tirai Bambu RRC tersebut tidak akan pernah dilupakan, sebuah pengalaman dan perjalanan hidup serta sebuah pengalaman berharga untu Sukamto dan keluarganya. Mansur Soupyan Sitompul.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Published by : DutaBangsaNews.Com
Copyright © 2006. - All Rights Reserved
Media Online :
www.dutabangsanews.com