Pasar
Minggu Jakarta Selatan-www.dutabangsanews.com I PARTAI politik menjadi oposisi dalam sebuah pemerintahan adalah hal biasa, dengan adanya
oposisi tentu akan ada melakukan pengawasan maupun kritikan membangun dalam
pemerintahan. Partai yang berkuasa hari ini pada saat pemerintahan sebelumnya
memposisikan diri sebagai oposisi, dengan begitu pemerintah yang saat berkuasa
bisa bercermin dari pengawasan maupun kritikan membangun dari oposisi, dengan
demikian masukan bagi pemerintahan sedang berkuasa bisa dilakukan.
Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang
Prof. Dr. H. Yusril Ihza Mahendra, SH., M. Sc menyatakan, bahwa PBB akan
menjadi oposisi. Artinya, ketua umum menyatakan bahwa PBB tidak mendukung rejim
pemerintahan berkuasa hari ini yaitu Pemerintahan Jokowi-JK. Tentu, dengan
pernyataan ketua umum tersebut bahwa PBB akan menjadi oposisi adalah sebuah
sikap kesatria dan penuh dedikasi untuk mengawasi rejim pemerintahan berkuasa
saat ini.
“Pernyataan Ketua Umum Partai Bulan
Bintang tidak mendukung Pemerintahan Jokowi dan partai ini akan menjadi
oposisi, di sisi lain PBB melihat kinerja pemerintahan berkuasa saat ini nyaris
membuat tidak positif bagi rakyat, banyak orang sengsara, karena rakyat merasa
sulitnya ekonomi, lihat banyak orang bunuh diri dan hal ini tidak
terekspos,”demikian kata Sekjen DPP Partai Bulan Bintang Ir. Afriansyah Noor,
M. Si kepada Wartawan Media Online www.dutabangsanews.com dan Tabloid DUTA
BANGSA bertempat di Markas Besar DPP Partai Bulan Bintang Jalan Raya Pasar
Minggu Jakarta Selatan.
Lihat saja ucap Afriansyah Noor
bagaimana nilai hutang luar negeri bangsa ini ke China, dengan pembangunan
infrastruktur di berbagai kabupaten dan kota serta provinsi, tentu ini menyedot
anggaran yang tidak sedikit, dalam hal hutang ini harusnya menjadi peringatan
atau warning pada pemerintah. Saat rejim Pemerintahan Soeharto banyak tokoh
mengecam bahwa pemerintahannya banyak hutang luar negerinya, tetapi harus kita
lihat dan kita akui bagaimana hutang luar negeri pemerintahan ini.
“Di sisi lain kita melihat bagaimana
kran impor dibuka lebar-lebar, harusnya Pemerintahan Jokowi melakukan stop
impor, pemerintahan ini melakukan impor beras, impor jagung, impor garam,
padahal di dalam negeri petani kita sangat berharap pada pemerintah sebaiknya
tidak melakukan impor beras, tapi. Pemerintah tetap saja melakukan impor beras yang
tidak disukai para petani,”tutur Afriansyah Noor.
Kita lihat Pemerintahan Provinsi NTB
saat ini melakukan ekspor jagung, tetapi menjadi tanda tanya besar bagi kita,
kenapa Pemerintah Pusat malah melakukan impor jagung. Wajar kalau kita
mempertanyakan Nawacita yang menjadi icon pemerintahan sekarang. Belum lagi
impor tenaga kerja dari China, begitu masip kita lihat bagaimana tenaga kerja
China banyak bekerja di negeri ini. Dengan masuknya tenaga kerja dari China
menyerbu tanah air, tentu membuat kesempatan tenaga kerja dalam negeri harus
berkompetisi dengan tenaga kerja dari China.
Kalau tenaga kerja
kasar bisa saja dilakukan tenaga kerja dalam negeri, sedang tenaga kerja asing
itu adalah tenaga kerja profesional, tapi realitasnya tukang gali, buruh kasar
dibawa dari luar yaitu China, padahal tenaga kerja kita bisa melakukannya. Tentu
tidak diterima akal sehat, dengan masuknya tenaga kerja kasar tersebut bekerja
di negeri ini, di tengah kondisi para pekerja dalam negeri membutuhkan
pekerjaan, kenapa harus menimpor tenaga kerja asing..?
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !